Aceh merupakan sebuah wilayah yang tak pernah sepi dari perbincangan para sejarawan. Aceh yang terkenal dengan julukan Serambi Mekkah ini selalu menarik untuk ditulis dalam catatan sejarah. Banyak kisah kegemilangan Aceh yang patut dilukiskan dengan tinta emas. Mulai dari kisah heroisme pahlawan Aceh yang mendunia seperti Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien sampai karya sastra penulis masyhur Syeikh Hamzah Fansury, membuat Aceh semakin dilirik oleh para penulis untuk mengabadikan daerah tanah rencong ini dalam sebuah karya tulis.
Kali ini akan diperkenalkan sebuah buku yang sangat bagus berjudul Panduan Zikir dan Doa Bersama. Buku ini patut menjadi rujukan dalam upaya pelestarian karya sastra kearifan lokal Aceh. Setelah diamati dan diteliti ternyata buku tersebut ditulis oleh seorang ulama yang termasyhur dan dikagumi oleh rakyat Aceh yaitu Abuya Tgk. H. Djamaluddin Waly. Salah seorang anak ulama tersohor di negeri ini almarhum Abuya Muhammad Muda Waly dari Labuhan Haji, Aceh Selatan. Pendiri dayah (pesantren) Darussalam yang bergelar Syaikhul Islam Al-Kaamil Al-Mukammil Al-Arif Billah Abuya Muhammad Waly Al-Khalidy (1917-1961 M).
Mengenai gelar Abuya Muhammad Muda Waly ini didapatkan data pada lembaran bagian awal pembuka buku. Di situ tertera foto Abuya Muhammad Muda Waly beserta nama lengkap beliau dan di bawahnya tertulis nama-nama anak ulama yang akrab disapa Abuya Muda Waly yang pernah memimpin dayah Darussalam. Antara lain adalah Abuya Djamaluddin Waly penulis buku Panduan Zikir dan Doa Bersama yang terdiri atas 6 buku atau 6 jilid ini.
Mengenai julukan gelar Abuya Muda Waly juga dipaparkan oleh penulis buku pada halaman 39 buku keempat (4) dalam bentuk bahasa ragam sastra yang indah. Seperti yang tertulis dalam beberapa bait syair berjudul “Sejarah Singkat Syekh Muda Waly” berikut ini:
Rapat alim ulama di Darussalam
Pada tahun 2009 tahun Masehi
Memberi gelar Syaikhul Islam
Untuk hamba Tuhan Syekh Muda Waly
Dan terbaca pada bait berikutnya pada syair yang sama berikut :
Tahun 2007 di Masjid Raya Baiturrahman
Melalui kajian Islam tingkat tinggi
Para ulama Aceh telah menetapkan
Al-Arif Billah untuk Syekh Muda Waly
Gubernur Aceh juga menetapkan Abuya Syekh Muhammad Muda Waly sebagai tokoh pendidikan Aceh, karena jasa almarhum dalam berjuang memajukan pendidikan di Aceh ini.
Buku yang bersampul depan warna hijau bagian atas dan kekuning-kuningan bagian bawah ini bergambar Abuya Djamaluddin Waly. Sedangkan pada sampul bagian belakangnya tampak dengan jelas gambar Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. Di masjid kebanggaan rakyat Aceh itulah Abuya Djamaluddin Waly sering memimpin zikir dan doa bersama yang diberi nama dengan majelis Zikir Al-Waliyyah.
Abuya Djamaluddin Waly Ulama yang Sastrawan
Tidak banyak sejarawan, kritikus sastra, maupun pengamat sastra yang mengetahui bahwa Abuya Drs. Djamaluddin Waly sebagai ulama Aceh yang mencintai rakyat ternyata juga piawai dalam menulis syair. Penulis tidak ragu mengatakan bahwa beliau adalah seorang ulama Aceh yang sastrawan. Hal tersebut tergambar jelas dari isi buku yang ditulisnya, antara lain terdapat dalam buku yang keempat (4) yang rata-rata setiap judul materi ditulis dalam ragam bahasa sastra berbentuk syair 4 baris yang mirip pantun.
Jika provinsi Riau terkenal dengan ulama dan sastrawan Raja Ali Haji, maka Aceh memiliki sastrawan yang juga ulama hebat bernama Abuya Djamaluddin Waly. Jika rakyat Indonesia pernah kagum dengan ulama yang sastrawan seperti Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah (HAMKA), maka Abuya Djamaluddin Waly adalah HAMKA-nya orang Aceh. Seperti kita juga kagum kepada sosok ulama dan sastrawan Ali Hasjmy, karena ulama-ulama itu adalah permata bangsa dan pewaris para nabi.
Nilai Pendidikan dalam Syair Karya Abuya Djamaluddin Waly
Selain dalam syair di atas nilai-nilai pendidikan Islam yang dipaparkan dalam bahasas ragam sastra yang terkandung dalam buku Abuya Djamaluddin juga terdapat pada bait pertama (1) syair berjudul “Bapak Rohani” pada halaman 32 buku tesebut seperti tersusun rapi pada larik-larik berikut:
Bapak Rohani memberi bimbingan
Untuk mendapat hidayah Rabbi
Mendekatkan diri kepada Tuhan
Siang dan malam petang dan pagi
Dan juga terkandung pada bait keenam (6) syair yang sama berikut ini:
Cinta Tuhan dapat jaminan
Dimasukkan dalam syurga tinggi
Demikian hadis Nabi menjelaskan
Kepada ummat Islam pengikut Nabi
Syair tersebut merupakan ragam karya sastra bernuansa sufi atau tasawuf yang sarat dengan nilai pendidikan Islam seperti yang pernah ditulis oleh seorang ulama besar dan sastrawan sufi dari dunia sastra Arab bernama Rabiah al-Adawiyah yang dikutip Abuya Djamaluddin Waly pada lembaran kata mutiara halaman 60 buku keenam (6) jilid terakhir berikut ini:
“Ya Allah jika aku menyembah-Mu karena takut api neraka, bakarlah aku di neraka; Jika aku menyembah-Mu karena mengharapkan syurga, jauhkan aku dari syurga. Namun, jika aku menyembah-Mu karena-Mu, maka jangan Engkau jauhkan aku dari keindahan abadi” (Rabiah al-Adawiyah dalam Abuya Djamaluddin Waly, 2003:60).
Abuya Djamaluddin juga menulis dengan bahasa yang indah “Sejarah Darussalam Labuhanhaji” pada syair halaman 40 buku keempat (4) berikut:
Di Labuhanhaji Aceh Selatan
Ada bangunan tempat mengaji
Tempat itu dinamakan
Dengan Darussalam Labuhanhaji
Yang membangun Darussalam
Hamba Tuhan Syekh Muda Waly
Sekitar tahun empat puluhan
Menurut hitungan tahun Masehi
Supaya tidak terjadi simpang siur dan salah pengertian perlu dicatat bahwa buku Panduan Zikir dan Doa Bersama tersebut tidak semuanya berisikan syair. Tulisan yang berupa syair hanya terdapat pada halaman 30-45 buku keempat (4) seperti syair “Bapak Jasmani”, “Bapak Rohani”, “Sejarah Singkat Syekh Muda Waly”, “Sejarah Darussalam Labuhanhaji”, dan syair “Alumni Darussalam Labuhanhaji”.
Sebagian besar isi buku ini bahkan berisikan pedoman atau penuntun zikir dan doa yang bersumber dari Al-Qur’an, Hadis, Shalawat kepada Rasulullah Muhammad Saw (Cinta Rasul) dan disertai doa. Yang masing-masing lengkap dengan terjemahan menggunakan ragam sastra. Enak dibaca, meresap di hati sehingga merasakan kelezatan berzikir. Seperti yang ditulis dalam tanda kurung oleh Abuya Djamaluddin Waly pada setiap bagian bawah halaman daftar isi.
Selain sebagai ulama Aceh dan sastrawan ternyata Abuya Djamaluddin Waly juga seorang politisi atau politikus handal yang termasuk lumayan lama berkiprah di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Daerah Istimewa Aceh (1968-1987) dan menjadi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)/Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Republik Indonesia (1987-1999) di Senayan Jakarta. Seperti yang tertulis pada data riwayat hidup Abuya Djamaluddin Waly halaman 64 buku kesatu (1).
Sebagai kenang-kenangan saya akhiri tulisan ini dengan sebuah syair indah yang ditulis oleh Abuya Djamaluddin Waly berjudul “Alumni Darussalam Labuhanhaji” berikut ini:
Ulama alumni Darussalam
Dalam hitungan banyak sekali
Hanya sebagian kami sebutkan
Untuk catatan aneuk rohani
Murid pertama Syekh Marhaban
Mengaji di Darussalam pertama kali
Gob nyan pernah mendapat jabatan
Menteri Pertanian di negeri ini
Disusul Syekh Umar adik Marhaban
Ban dua gob nyan aneuk Abu Krueng Kalee
Abu Usman Fauzi di likotnyan
Tempat tinggai gob nyan di Gampong Lueng Ie
Ulama terkenal Abu Adnan
Tinggai di Bakongan wahe ya akhi
Tgk. Hasan di Lamno Jaya
Bapak Mertua Djamaluddin Waly
Jailani Musa di Kluet Utara
Di Meulaboh kota Abdul Hamidi
Di Ujong Baroh Tgk. Abu Bakar
Di Nagan Raga Yahya ‘Umraithi
Abu Kamaruddin tinggai di Teunom
Tgk. Jafar Lailon di Labuhanhaji
Di Cot Keueng Tgk. Muhammad Ismi
Di Alue Bili Tgk. Ismail
Tgk. Muhammad Syam di Aron Tunggai
Tgk. Syam Marpali di Blang Pidie
Tgk. Bahauddin di Simpang Kanan
Tgk. Zamzami Syam di Singkili
Tgk. Basyah Kamal di Long Raya
Di Lamno Jaya Ibrahim Budi
Tgk. Daud Zamzami di Kuta Raja
Di Aceh Raya Muhammad Zamzami
Di Lam Reung Tgk. Zulkifli
Di Pulau Nasi Tgk. Adnan Haitami
Tgk. Gurah di Peukan Bada
Di Lhok Nga Tgk. Raffari
Tgk. Abdullah di Tanoh Mirah
Di Samalanga Tgk. Abdul Aziz
Tgk. Usman Basyah di kota Langsa
Aceh Tenggara Tgk. Jafar Siddiq
Tgk. Syahabuddin di kota Medan
Di Bangkinang Tgk. Aidarus Ghani
Ahmad Dimyati di Palembang
Di Padang Sidempuan Tgk. Nawawi
Haji Djamaluddin di kota Padang
Beserta ngon gob nyan Tgk. Labai Sati
Di Solok Khatib Abu Syamah
Tgk. Ismail di Padang Basi
Di Blang Bladeh Abu Tu Min
Tgk. Ahmad Sabil di Nanggroe Nisam
Tgk. Hanafi di Matang Kuli
Abah Usman di Matang Glumpang Dua
Sebagian besar Ulama di Aceh ini
Punya hubungan dengan Muda Waly
Langsung tak langsung datang mengaji
Tetap ada hubungan rohani
Hubungan rohani tetap abadi
Tidak bisa putus wahai ya akhi
Bapak rohani dengan anak rohani
Akan dipertemukan di akhirat nanti
Penutup
Itulah sekilas petuah dari permata bangsa ini Abuya Djamaluddin Waly yang disajikan dalam karya sastra luhur. Dengan harapan pembaca dapat mengambil hikmah berupa nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung di dalamnya. Mudah-mudahan menjadi ilmu yang bermanfaat di dunia dan akhirat lewat amanat yang dapat di petik dari tulisan ringkas ini.
Riwayat Singkat Penulis:
Hamdani Mulya adalah nama pena dari Hamdani, S.Pd. adalah guru SMAN 1 Lhokseumawe. Pegiat literasi bidang sastra, sejarah, dan budaya Aceh. Penulis buku Bahasa Indatu Nenek Moyang Ureueng Aceh.