Oleh: Dr. Muhammad Saleh, M.A.
Kota Lhokseumawe, adalah sebuah wilayah yang dinamis dan penuh potensi di Aceh, membutuhkan sosok pemimpin yang mampu menjalin kepercayaan erat dengan masyarakatnya. Dalam konteks ini, peran kandidat walikota yang menerapkan prinsip komunikasi Islami menjadi kunci untuk mewujudkan kepemimpinan yang jujur, amanah dan dekat dengan rakyat.
Komunikasi Islami merupakan pendekatan komunikasi yang berlandaskan pada nilai-nilai dan ajaran agama Islam. Dalam konteks kepemimpinan di tingkat kota, komunikasi Islami dapat menjadi fondasi bagi kandidat walikota untuk membangun hubungan yang harmonis dan saling percaya dengan masyarakat Lhokseumawe. Beberapa prinsip kunci dalam komunikasi Islami yang dapat diterapkan oleh kandidat walikota antara lain;
Prinsip Kejujuran (Shidiq)
Kandidat walikota harus senantiasa bersikap jujur dan terbuka dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat. Transparansi dan akuntabilitas menjadi kunci untuk membangun kepercayaan publik.
Prinsip Amanah
Kandidat walikota diharapkan mampu memenuhi janji-janjinya kepada masyarakat. Integritas dan komitmen menjadi aspek penting dalam mewujudkan kepemimpinan yang amanah, dan selalu menjaga tidak hanya sebatas kemunafikan dalam beretorika disaat berkomunikasi dengan rakyatnya.
Prinsip Tabligh
Kandidat walikota harus mampu menyampaikan pesan-pesan dengan efektif dan persuasif. Kemampuan komunikasi yang baik akan memudahkan kandidat untuk menyampaikan visi, misi, dan program-programnya kepada masyarakat.
Prinsip Fathanah
Kandidat walikota harus memiliki kecerdasan dan kemampuan manajerial yang memadai untuk mengelola Kota Lhokseumawe. Penguasaan isu-isu strategis dan inovasi dalam pemecahan masalah menjadi kompetensi yang penting untuk membangun Kota Lhokseumawe.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip komunikasi Islami tersebut, kandidat walikota diharapkan dapat membangun kepercayaan publik yang kuat di Kota Lhokseumawe. Masyarakat akan merasa dihargai, didengarkan, dan dilibatkan dalam proses pembangunan kota. Hal ini akan mendorong partisipasi aktif warga dalam mendukung kepemimpinan walikota terpilih nantinya.
Selain itu, komunikasi Islami juga dapat menjadi sarana untuk memperkuat hubungan sosial dan keharmonisan di Kota Lhokseumawe yang memiliki keberagaman latar belakang suku dan budaya masyarakatnya. Kandidat walikota yang mampu menjadi pemersatu dan menjembatani perbedaan-perbedaan yang ada akan mendapatkan dukungan yang lebih luas dari masyarakat.
Dengan penerapan komunikasi Islami oleh kandidat walikota diharapkan dapat menghasilkan kepemimpinan yang amanah, sederhana, dekat dengan rakyat, dan mampu membawa Kota Lhokseumawe mencapai kemajuan yang berkelanjutan. Kepercayaan publik yang terbangun akan menjadi modal sosial yang berharga demi terwujudnya pembangunan kota yang visioner sesuai yang diharapkan oleh seluruh masyarakat. Wallahu’alam.