Aceh Utara – Para petani di Aceh Utara menghadapi situasi yang mengkhawatirkan karena dampak dari proyek bendungan Krueng Pase yang belum rampung. Ribuan hektar sawah di daerah aliran irigasi bendungan ini, yang meliputi 8 kecamatan di kabupaten Aceh Utara dan satu kecamatan di kota Lhokseumawe, mengalami gagal panen.
Marliah (56), salah satu petani dari kecamatan Syamtalira Aron, pada Minggu (17/3/2024), mengungkapkan keadaan yang memprihatinkan. Tanaman padinya di Gampong Teupin Jok, kecamatan Nibong, seluas 3.200 meter mengalami kekeringan setelah masa tanam. Akibatnya, tidak ada hasil panen yang bisa dipetik. Marliah sendiri mengungkapkan kerugian finansial yang mencapai 3 juta rupiah.
“Uroe raya hanya tinggal padum uroe teuk, pade hana jeut koeh meu sineuk pih, leumpah sedih long,” red (Hari raya hanya tinggal beberapa hari lagi, padi tidak bisa dipanen sedikit pun, saya sangat sedih), ujar Marliah dalam bahasa Aceh, dengan nada lirih sambil menyeka air matanya.
Kondisi ini, ungkap Marliah, sudah berlangsung selama 3 tahun. Semenjak proyek bendungan Krueng Pase dikerjakan hingga sekarang mereka sering mengalami gagal panen.
Petani lainnya dari Gampong Tanjong Krueng Pase, Faisal, mengungkapkan kegagalan panen ini memberikan pukulan serius bagi ketahanan pangan dan kesejahteraan petani. Dengan tanaman yang gagal tumbuh akibat kurangnya air, para petani menghadapi kesulitan ekonomi yang sangat besar.
“Bendungan Krueng Pase seharusnya menjadi sumber air irigasi yang dapat meningkatkan hasil pertanian. Namun, karena proyek ini belum rampung, dampak yang terjadi justru sebaliknya. Para petani tidak hanya kehilangan hasil panen, tetapi juga investasi dan upaya mereka selama musim tanam,” ungkap Faisal.
Abu Bakar, salah seorang petani dari kecamatan Meurah Mulia juga mengungkapkan kondisi yang sama. Akibat tidak tersedianya air, tanaman padi miliknya hanya bisa dipanen sekitar 2 karung, hal ini telah membuat dirinya rugi.
“Jak u Blang lawet nyoe hana jeut keubuet Lee, meuka tajak laju, pue hom, hase chit Tan. Oeh han tajak sayang teuh, umoeng rhoueh ngen ngom,” red, (Sekarang, sawah tidak menghasilkan lagi. Jika tidak kita garap sayang, lahan terbengkalai akan dipenuhi dengan gulma), ujar Abu Bakar.
Dia berharap pihak berwenang mengambil tindakan yang diperlukan agar proyek bendungan Krueng Pase dapat segera diselesaikan, sehingga para petani dapat kembali menjalankan aktivitas pertanian mereka dengan aman dan produktif.
“Saya dengar proyek bendungan akan dilanjutkan oleh kontraktor lokal pada tahun ini, tapi hingga sekarang belum ada tanda-tanda di lokasi. Teuman meunyoe inoe hat galom dimulai, pajan lom, pue jipreh troeh musem ujeun,” red, (Jika sekarang belum dimulai, kapan lagi, apa nunggu musim hujan tiba), ujarnya dengan nada pesimis.