Jakarta – Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan PSSI untuk menyetop kompetisi sepak bola Liga 1 sampai evaluasi dan perbaikan dilakukan imbas tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 130 orang.
“Saya juga memerintahkan PSSI untuk menghentikan sementara Liga 1 sampai evaluasi dan perbaikan prosedur pengamanan dilakukan,” ujar Jokowi secara daring di YouTube Sekretariat Presiden, Minggu (2/10).
Jokowi sendiri menyampaikan rasa duka yang mendalam atas kejadian tragedi sepak bola yang terjadi ini. Sampai berita ini ditayangkan, jumlah korban tewas Tragedi Kanjuruhan 130 orang dan korban luka mencapai 180 orang.
“Saya menyampaikan duka cita yang mendalam atas meninggalnya 129 orang saudara saudara kita dalam tragedi sepak bola di Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur,” tuturnya.
Presiden juga berharap tragedi yang terjadi ini menjadi yang terakhir kali terjadi di sepak bola tanah air.
“Saya menyesalkan terjadinya tragedi ini dan saya berharap ini adalah tragedi terakhir sepak bola di tanah air. Jangan sampai ada lagi tragedi kemanusiaan seperti ini di masa yang akan datang,” katanya.
“Sportivitas, rasa kemanusiaan, dan rasa persaudaraan bangsa Indonesia harus kita jaga bersama,” imbuhnya.
Selain memerintahkan PSSI untuk menghentikan liga, Jokowi juga memerintahkan Menpora untuk, Kapolri, serta Ketua Umum PSSI untuk mengevaluasi kejadian ini.
“Saya juga telah perintahkan kepada Menpora, Kapolri dan ketua umum PSSI untuk melakukan evaluasi menyeluruh tentang pelaksanaan pertandingan sepakbola dan juga prosedur pengamanan penyelenggaraannya,” ujar Jokowi.
“Khusus kepada Kapolri saya minta melakukan investigasi dan mengusut tuntas kasus ini,” tambahnya.
Sebelumnya, kerusuhan di Stadion Kanjuruhan terjadi usai suporter Arema memasuki lapangan karena timnya kalah 2-3 dari Persebaya, Sabtu (1/10/2022. Insiden itu direspons polisi dengan menghadang dan menembakkan gas air mata.
Gas air mata itu ditembakkan tidak hanya kepada suporter yang memasuki lapangan, tetapi juga ke arah tribun penonton yang kemudian memicu kepanikan suporter. Akibatnya, massa penonton berlarian dan berdesakan menuju pintu keluar, hingga sesak nafas, penumpukan massa, dan terinjak-injak.