Banda Aceh – Masykur Syafruddin Ketua Pedir Museum dan pengoleksi naskah kuno di Aceh mengungkap fakta Aceh memiliki 200 lebih ulama yang hidup pada abad 18 sampai 19 atau masa pertengahan tahun 1700 hingga 1890.
Hal itu diungkap Masykur dalam Studium Generale International (Kuliah Umum) yang digelar secara daring oleh Prodi Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI) Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Rabu (6/10/2022).
Dalam materi Sanad-sanad Keilmuan Ulama Aceh, diterangkan temuan 200 ulama-ulama Aceh tersebut tercantum dalam manuskrip. Bahkan sebagian besar tidak pernah disebut sama sekali.
“Mereka sudah bergelar Syech, sehingga bisa kita sebut sebagai ulama, dan memiliki karya kitab-kitab yang masih dalam bentuk manuskrip, sebab itu mereka tidak dikenal oleh khalayak ramai. Beda dengan ulama empat serangkai yakni Hamzah Fansuri, Syamsuddin as-Sumatra’i, Nuruddin Ar-Raniry dan Abdurrauf Syiah Kuala,” jelas Masykur.
Ia mengungkap ulama-ulama Aceh pada abad 18-19 M (1700-1890), antara lain :
1. Syaikh Yusuf ibn Ismail Al-Fidiri. (Memiliki 12 karya dan fatwa yang ditulis dalam bahasa Arab). Diantara gurunya di Madinah Syaikh Najib Al-Madani, Syaikh Usman Ad-Dimyathi.
2. Syaikh ‘Abdussamad Al-Batuwiy dari Batee, Pidie. (5 karya dalam bahasa Arab)
3. Syaikh Muhammad Amin bin Faqih Abdussalam At-Tirowy
Karyanya: Syarh Mandhumah ‘Aqidatul Awam karya Syaikh Ahmad Al-Marzuki.
4. Syaikh Mas’ud ibn Abdul Hadi Busu ( Busu, Kec. Sakti, Pidie). Makamnya di Gampong Meulayo.
5. Syaikh Muhammad Marhaban, seorang Mursyid dan pimpinan tarekat di Aceh abad 19. Diantara tarekat yang dikembangkan adalah; Al-Haddad, Al-Idrisiyah, Syattariyah, Sammaniyah, Naqsyabandiyah, dan Qadiriyah.
Beliau menulis 12 karya dalam bahasa Arab, Melayu dan Aceh. Sempat menduduki posisi Qadhi Al-Muazzam pada masa Sultan Manshur Syah serta wafat pada tahun 1885 M. Karya-karya beliau diantaranya; Kitab Nisab Zakat, Kaifiyat Tarekat Al-Haddad, Manaqib Al-Qutub Al-Habib Abdullah Al-Haddad, Mathali’al Masarati bijila’il Dala’il Khairat dan lainnya.
Masykur jug mencatat, sejumlah ulama Aceh yang hidup pada abad 12 H atau 18 Masehi, diantaraya :
1. Faqih Jalaluddin Al-Asyi
2. Faqih Jalaluddin Ibn Syaikh Muhammad Kamaluddin Ibn Baginda Khatib At-Tarusani
3. Syaikh Muhammad Zain Al-Asyi
4. Syaikh Sirajuddin Ibn Faqih Jalaluddin.
5. Al-labib An-Nasib Al-‘Allamah Abdullah bin Abdul Karim Al-Asyi (1102 H)
6. Syaikh Abdul Hamid bin Abdullah bin Khoja Ahmad Al-Asyi (1102 H)
7. Syaikh Abdurrahim bin Ahmad Awe Geutah.
Selain itu, Kuliah Umum bertema “Khazanah Intelektual Ulama Aceh” juga dihadiri Prof. Dr. Muhammad Mustaqim bin Mohd Zarif dari Universitas Sains Islam Malaysia (USIM), juga pakar di naskah-naskah Melayu.
Dalam mater berjudul “Legasi Intelektual Syeikh ‘Abbas Kuta Karang di Malaysia: Kasus Karya Qunu’ Liman Ta’attafa”. Muhammad Mustaqim memaparkan Syekh Abbas Kuta Karang merupakan ulama produktif yang banyak menulis kitab-kitab keagamaan, sosial budaya masyarakat pada masa itu. Ulama sekaligus pejuang yang melawan Belanda telah menulis kitabnya sejak berada di Mekkah.
Ketua Pelaksana Studium General, Ketua Prodi SKI Fakultas Adab dan Humaniora, Hermansyah, M.Th., M.Hum menyebutkan Studium General atau kuliah umum adalah bentuk pengembangan pendidikan dan kerjasama Prodi SKI UIN Ar-Raniry Banda Aceh, menuju kampus unggul. Kemudian sejurus dengan Dies Natalis UIN Ar-Raniry ke-59
“Alhamdulillah acara berjalan lancar dan sukses berkat kerja sama seluruh pihak di kampus . Harapan ke depan dapat terselenggara acara serupa untuk pengembangan dan kemajuan keilmuan di Aceh,” pungkas Herman.