Aceh Utara – Remaja memiliki peran penting dalam mencegah stunting melalui upaya-upaya intervensi terkait kesehatan reproduksi. Salah satu langkah penting dalam hal ini adalah pemberian tablet tambah darah (TTD) kepada remaja putri, konsumsi pola makan seimbang, dan aktifitas fisik secara rutin.
Bupati Aceh Utara Dr. Drs. Mahyuzar, M.Si, melalui Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPMPPKB), Fuad Mukhtar, S.Sos., M.S.M, mengatakan, dalam upaya mencegah terjadinya stunting, pemerintah Kabupaten Aceh Utara melakukan aksi dari hulu hingga ke hilir, salah satunya adalah dengan menjaga kesehatan reproduksi pada remaja.
“Remaja putri rentan mengalami anemia, yang dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi mereka serta kesehatan anak yang akan datang. Pemberian TTD secara rutin dapat meningkatkan kadar hemoglobin, membantu mencegah anemia, dan memastikan kesehatan reproduksi yang optimal,” ungkap Fuad.
Mengkonsumsi makanan yang seimbang penting untuk memastikan remaja mendapatkan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan mereka. Mengikuti pedoman gizi yang seimbang dapat membantu mencegah stunting dan masalah kesehatan lainnya.
Selain itu, olahraga dan aktifitas fisik membantu meningkatkan metabolisme, mengurangi risiko obesitas, dan mempromosikan pertumbuhan yang sehat pada remaja. Kebiasaan hidup aktif juga berkontribusi pada kesehatan mental dan emosional remaja.
“Intervensi kesehatan reproduksi pada remaja dapat membantu mereka memahami pentingnya perawatan kesehatan reproduksi sejak dini, yang pada gilirannya dapat membantu menurunkan angka stunting pada generasi berikutnya,” tambahnya.
Remaja yang menerima intervensi kesehatan reproduksi yang tepat cenderung memiliki anak yang lebih sehat, karena kondisi kesehatan ibu saat hamil mempengaruhi perkembangan janin dan kesehatan bayi.
“Kita terus mengedukasi remaja tentang pentingnya kesehatan reproduksi melalui kampanye penyuluhan di sekolah, pusat remaja, dan komunitas. Hal ini meliputi informasi tentang pentingnya TTD, pola makan seimbang, dan pentingnya aktifitas fisik,” jelasnya.
Selain itu, kita juga menyediakan akses mudah dan terjangkau terhadap TTD bagi remaja putri melalui pusat kesehatan masyarakat, sekolah, atau pusat remaja. Program subsidi atau bantuan sosial pemerintah dalam hal ini dapat membantu remaja putri bebas dari anemia.
“Kita terus melakukan monitoring terhadap jumlah remaja putri yang mengonsumsi TTD secara rutin dan memantau perubahan dalam kadar hemoglobin mereka untuk mengevaluasi efektivitas program,” pungkasnya.
Implementasi program intervensi kesehatan reproduksi pada remaja melalui pendekatan edukasi, aksesibilitas, dan promosi aktifitas fisik dapat berkontribusi secara signifikan dalam menurunkan angka stunting.
Monitoring, evaluasi, dan peningkatan berkelanjutan dari program-program ini penting untuk memastikan keberlanjutan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan kesehatan masyarakat yang lebih baik.
Dengan demikian, kolaborasi antara pemerintah, lembaga kesehatan, pendidikan, dan masyarakat sipil diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan reproduksi remaja dan mengurangi risiko stunting pada generasi yang akan datang. (ADV)