Lintasmedia.co – Kapolres Lhokseumawe, AKBP Henki Ismanto, SIK mengapresiasi mantan kombatan GAM yang telah merawat perdamaian Aceh hingga saat ini.
Hal tersebut disampaikan pria nomor satu di jajaran Polres Lhokseumawe saat menerima kunjungan pihak Komite Peralihan Aceh (KPA) yang juga Partai Aceh (PA) Kuta Pase ke Mapolres Lhokseumawe, Senin (15/8/2022).
Pertemuan yang berlangsung di ruang kerja Kapolres Lhokseumawe tersebut turut hadir Ketua KPA Kuta Pase, Muktar Hanafiah alias Ableh, Ketua PA Lhokseumawe, Husaini alias Zaini POM, Bendahara KPA Kuta Pase, M Yasir dan elemen KPA (pangsagoe).
Dalam pertemuan ini, pihak KPA/PA Kuta Pase menyerahkan bundel yang berisi Bendera Bulan Bintang, satu eksemplar UUPA, butir – butir MoU Helsinki dan Qanun Nomor 3 Tahun 2013 kepada Kapolres Lhokseumawe sebagai aspirasi agar dalam bingkai NKRI Pemerintah menjalankan butir MoU yang telah di sepakati.
Pada kesempatan tersebut, AKBP Henki Ismanto mengucapkan terima kasih atas komunikasi yang baik antara Kepolisian dengan KPA, sehingga perayaan damai Aceh ke 17 tahun dilakukan dengan cara bermartabat serta tidak ada lagi benturan di lapangan antara aparat dan mantan kombatan GAM.
“Ini momentum yang luar biasa. Saya selaku kapolres mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang luar biasa kepada kawan dari KPA, ini terobosan yang luar biasa, pola lama harus kita tinggalkan menuju ke arah yang lebih baik. Hal ini perlu dipertahakan guna menjaga keutuhan, kebersamaan untuk sama-sama kita menjaga membawa Aceh ke depan yang lebih baik, kita menerima aspirasi rekan-rekan untuk disampaikan ke tingkat provinsi,” ujarnya.
Kapolres Lhokseumawe menambahkan, semua pihak menginginkan Aceh lebih baik dan bermartabat. “Kita semua bersaudara, kita harapkan Aceh lebih makmur ke depannya,” pungkasnya.
Sementara itu, jubir KPA Kuta Pase, Halim Abe memberi apresiasi kepada Kapolres Lhokseumawe. Melalui momen ini, pihaknya mencoba membangun komunikasi dan hubungan silaturahmi dengan Kepolisian, sehingga tidak terjadi lagi benturan di lapangan.
Kata dia, permasalahan damai di Aceh menjadi tanggung jawab bersama, bagaimana menyelesaikannya secara menyeluruh. Bukan hanya masalah bendera, tapi permasalahan yang telah menjadi kesepakatan di Helsinki.
“Tujuannya kedatangan kami adalah untuk penyelesaian permasalahan Aceh secara bermartabat, mengimplementasikan apa yang telah menjadi komitmen bersama dan ini landasan yang bagus menuju arah yang lebih baik demi kemaslahatan kita bersama,” sebut Halim Abe.